Mengenal Obat Anti Diabetes (Anti Diabetic Oral).
http://www.elegantmedicalalert.com |
Di
Indonesia, jumlah diabetesi tercatat lebih dari 13 juta pada 2003 dan
diperkirakan terus meningkat menjadi lebih dari 20 juta pada 2030. Data
Badan
Kesehatan Dunia (WHO) memprediksi jumlah diabetesi di dunia terus
melonjak hingga mencapai 330 juta jiwa pada 2025. Peningkatan di negara
berkembang sekitar 170%, sementara di negara maju 41%.
Pengendalian kadar glukosa darah merupakan bagian terpenting dalam penatalaksanaan diabetes melitus tipe II. Berbagai penelitian klinis prospektif acak seperti Diabetes Control and Complication Trial (DCCT) dan U.K. Prospective Diabetes Study (UKPDS) menunjukkan bahwa pengendalian kadar glukosa normal atau mendekati normal akan menurunkan kejadian komplikasi kronis diabetes.
Kegagalan
pengendalian glikemia pada diabetes mellitus setelah
melakukan perubahan gaya hidup memerlukan intervensi farmakoterapi agar
dapat mencegah terjadinya komplikasi diabetes atau paling sedikit dapat
menghambatnya. Untuk mencapai tujuan tersebut sangat diperlukan peran
serta para pengelola kesehatan di tingkat pelayanan kesehatan primer.
Pedoman pengelolaan diabetes sudah ada dan disepekati bersama oleh pakar
diabetes di Indonesia dan dituangkan dalam suatu Konsensus Pengelolaan
Diabetes Melitus tipe 2 di Indonesia yang mulai disebarluaskan sejak
tahun 1994 dan beberapa kali mengalami revisi dan yang terakhir pada
tahun 2006
Definisi DM
Diabetes
Melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan
karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi
insulin, kerja insulin atau kedua-duanya. Hiperglikemia kronik pada
diabetes berhubungan dengan kerusakan jangka panjang, disfungsi atau
kegagalan beberapa organ tubuh, terutama mata, ginjal, saraf, jantung
dan pembuluh darah.
Klasifikasi DM
DM Tipe I
DM tipe I atau
yang dulu dikenal dengan nama Insulin Dependent Diabetes Melitus
(IDDM) terjadi karena kerusakan sel beta pankreas (reaksi autoimun)
umumnya menjurus ke defisiensi insulin absolut Kerusakan sel beta
apabila telah mencapai 80-90% maka gejala DM mulai muncul. Perusakan sel
beta ini lebih cepat terjadi pada anak-anak daripada dewasa. Penderita
DM tipe I sebagian besar mempunyai antibodi yang menunjukkan adanya
proses autoimun dan sebagian kecil tidak terjadi proses autoimun
DM tipe II
DM tipe II merupakan 90% dari kasus DM yang dulu dikenal sebagai Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM). Diabetes ini akan menyebabkan penurunan kemampuan insulin bekerja
di jaringan perifer (insulin resistance) dan disfungsi sel beta, sehingga pankreas tidak mampu memproduksi insulin yang cukup untuk mengkompensasi insulin resistance.
Kedua hal ini menyebabkan terjadinya defisiensi insulin relatif. Gejala
minimal dan kegemukan sering berhubungan dengan kondisi ini, yang
umumnya terjadi pada usia > 40 tahun. Kadar insulin bisa normal,
rendah, maupun tinggi, sehingga penderita tidak tergantung pada
pemberian insulin
PENATALAKSANAAN
Dalam
jangka pendek penatalaksanaan DM bertujuan untuk menghilangkan keluhan /
gejala DM. sedangkan tujuan jangka panjangnya adalah untuk mencegah
komplikasi. Tujuan tersebut dilaksanakan dengan menormalkan kadar
glukosa, lipid dan
insulin. Untuk mempermudah tercapainya tujuan tersebut, kegiatan
dilaksanakan dalam bentuk pengelolaan pasien secara holistic dan
mengajarkan kegiatan mandiri. Ada beberapa cara pengendalian kadar gula
darah, yaitu:
A. Primer
1. Edukasi
Diabetes
tipe 2 umumnya terjadi pada saat pola gaya hidup dan perilaku telah
terbentuk dengan mapan. Keberhasilan pengelolaan diabetes mandiri
membutuhkan partisipasi aktif pasien, keluarga dan masyarakat.
Edukasi
dapat dilakukan secara individual dengan pendekatan berdasarkan
penyelesaian masalah. Seperti halnya dengan proses edukasi, perubahan
perilaku memerlukan perencanaan yang baik, implementasi, evaluasi dan
dokumentasi.
2. Terapi Gizi Medis (TGM)
Prinsip
pengaturan makan pada diabetisi hampir sama dengan anjuran makan untuk
masyarakat umum yaitu makanan yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan
kalori dan zat gizi
masing – masing individu. Pada diabetisi perlu ditekankan pentingnya
keteraturan makan dalam hal jadwal makan, jenis dan jumlah makanan
terutama pada mereka yang menggunakan obat penurun glukosa darah atau
insulin.
3. Latihan jasmani
Kegiatan
jasmani sehari – hari dan latihan jasmani secara teratur (3-4 kali
seminggu selama kurang lebih 30 menit), merupakan salah satu pilar dalam
pengelolaan DM type 2.
Manfaat
olah raga bagi penderita diabetes antara lain meningkatkan pengendalian
kadar gula darah, mencegah kegemukan, ikut berperan dalam mencegah
komplikasi Penyakit Jantung Koroner (PJK) dengan jalan menurunkan kadar
trigliserid dan kolesterol
B. Sekunder
Intervensi farmakologis ditambahkan jika sasaran glukosa darah belum tercapai dengan TGM dan latihan jasmani.
1. Anti Diabetik Oral (ADO)
Berdasarkan cara kerjanya ADO dibagi menjadi 4
golongan :
A. Pemicu sekresi insulin
- Sulfonilurea
Merupakan oabat yang mempunyai efek hipoglikemik sehingga disebut juga sebagai obat hipoglikemik oral (OHO). Obat
golongan ini mempunyai efek utama meningkatkan sekresi insulin oleh sel
beta pancreas dan merupakan pilihan utama untuk pasien dengan berat
badan normal dan kurang, namun masih boleh diberikan kepada pasien
dengan berat badan lebih. Untuk menghindari
hipoglikemia berkepanjangan pada berbagai keadaan seperti orang tua,
gangguan faal ginjal dan hati, kurang nutrisi serta penyakit
kardiovaskular, tidak dianjurkan penggunaan sulfonilurea kerja panjang.
Sampai saat ini sudah ada 3 generasi sulfonilrea yang beredar.
Generasi I : Acetohexamid, Chlorpropamid, Tolbutamid dan Talazamid
Generasi II : Gliclazid, Glipizid, gliburid dan Glibenklamid.
Generasi III : Glimepirid.
Di
Indonesia, turunan generasi II adalah yang paling sering digunakan. hal
ini dikarenakan lebih efektif dan generasi II ini mempunyai efek
minimal. Adapun efek samping utama sulfonilurea yang sering dilaporkan
adalah penambahan berat badan.
Penggunaan
dalam klinik. Pada pemakaian sulfonilurea, umumnya selalu dimulai
dengan dosis rendah, untuk menghindari hipoglikemia. Pada keadaan
tertentu dimana kadar glukosa darah sangat tinggi, dapat diberikan
sulfonilurea dengan dosis yang lebih besar dengan perhatian khusus bahwa
dalam beberapa hari sudah dapat diperoleh efek klinis yang jelas dan
dalam 1 minggu sudah terjadi penurunan kadar glukosa
darah yang cukup bermakna.
Dosis
permulaan sunfonilurea tergantung pada beratnya hiperglikemia. Bila
konsentrasi glucosa puasa<200mg dl="">200 mg/dl dapat diberikan
dosis awal yang lebih besar. Obat sebaiknya diberikan setengah jam
sebelum makan karena diserap dengan lebih baik. Pada obat yang diberikan
satu kali sehari, sebaiknya diberikan pada waktu makan pagi atau pada
makanan porsi terbesar. 200mg>
- Glinid
Glinid
merupakan obat yang cara kerjanya sama dengan sulfonilurea, dengan
penekanan pada meningkatkan sekresi insulin fase pertama. Golongan
ini terdiri dari 2 macam obat yaitu ; Repaglinid (derivate asam
benzoate) dan nateglinid (derivate fenilalanin). Obat ini
di absorbsi dengan cepat setelah pemberian secara oral dan dieksresikan
secara cepat melalui hati. Pemberian dilakukan 2 – 3 kali sehari.
Repaglinid dapat menurunkan glukosa darah puasa walaupun mempunyai masa
paruh yang singkat. Sedangkan nateglinid mempunyai masa tinggal lebih
singkat dan tidak menurunkan gula darah puasa. Sehingga keduanya
merupakan sekretagok yang khusus meurunkan glukosa posprandial dengan
efek hipoglikemik yang minimal. Karena sedikit mempunyai efek terhadap
glukosa puasa maka kekuatannya untuk menurunkan A1C tidak begitu kuat.
B. Penambah sensitivitas terhadap insulin
- Tiazolidindion (Glitazone)
Tiazolidindion
(rosiglitazon dan pioglitazon) berikatan pada peroxisome proliferators
activated receptor gamma (PPARγ) yaitu reseptor inti di sel otot dan sel
lemak. Golongan ini mempunyai efek menurunkan resistensi insulin dengan
meningkatkan jumlah protein pengangkut glukosa sehingga meningkatkan
ambilan glukosa di perifer.
Tiazolidindion
dikontraindikasikan pada pasien dengan gagal jantung kelas I – IV
karena dapat mempercepat edema/retensi cairan dan juga gangguan faal
hati. Pada pasien yang menggunakan tiazolidindion
perlu dilakukan pemantauan faal hati secara berkala. Saat ini
tiazolidindion tidak digunakan sebagai obat tunggal.
Glitazone
diabsorbsi dengan cepat dan konsentrasi tertinggi terjadi setelah 1 – 2
jam dan makanan tidak mempengaruhi farmakokinetik obat ini. Waktu paruh
berkisar antara 3 – 4 jam bagi rosiglitazone dan 3 – 7 jam bagi
pioglitazone.
Penggunaan
dalam klinik. Rosiglitazone dan pioglitazone saat ini dapat digunakan
sebagai monoterapi dan juga sebagai kombinasi dengan metformin dan
sekretagok insulin. Secara klinik rosiglitazone dengan dosis 4 dan 8
mg/hari (dosis tunggal atau dosis terbagi dua kali sehari) memperbaiki
konsentrasi glukosa puasa sampai 55 mg/dl dan AIC sampai 1,5%
dibandingkan dengan placebo. Sedang pioglitazone juga mempunyai
kemampuan menurunkan glukosa darah bila digunakan sebagai monoterapi
atau sebagai terapi kombinasi dengan dosis sampai 45mg/dl dosis tunggal.
C. Penghambat Glukoneogenesis (metformin)
- Metformin
Obat
ini mempunyai efek utama mengurangi produksi glukosa hati
(glukoneogenesis) disamping juga memperbaiki ambilan gukosa perifer.
Terutama dipakai pada diabetisi gemuk. Metformin dikontraindikasikan
pada pasien
dengan gangguan fungsi ginjal (kreatinin serum > 1,5) dan hati,
serta pasien – pasien dengan kecenderungan hipoksemia (misalnya penyakit
serebrovaskuler, sepsis, syok, gagal jantung). Metformin dapat
memberikan efek samping mual. Untuk mengurangi keluhan tersebut dapat
diberikan pada saat atau sesudah makan.
Penggunaan
dalam klinik. Metformin dapat digunakan sebagai monoterapi dan sebagai
kombinasi dengan SU, repaglinid, nateglinid, penghambat alpha
glikosidase dan glitazone. Penelitian klinik memberikan hasil monoterapi
yang bermakna dalam penurunan glucose darah puasa (60-70mg/dl) dan AIC
(1-2%) dibandingkan dengan placebo pada pasien yang tidak dapat
terkendali hanya dengan diet. Efektifitas metformin menurunkan glukosa
darah pada orang gemuk sebanding dengan kekuatan SU. Karena kemampuannya
mengurangi resistensi
insulin, mencegah penambahan berat badan dan memperbaiki profil lipid
maka metformin sebagai monoterapi pada awal pengelolaan dibetes pada
orang gemuk dengan disipledimia dan resistensi insulin berat merupakan
pilihan pertama. Bila dengan monoterapi tidak berhasil maka dapat
dilakukan kombinasi dengan SU atau obat anti diabetic lain.
D. Penghambat Glukoksidase alfa
Obat
ini bekerja mengurangi absorbsi glukosa di usus halus, sehingga
mempunyai efek menurunkan kadar glukosa darah sesudah makan.
Acarbose tidak menimbulkan efek samping hipoglikemia. Efek samping yang
paling sering ditemukan ialah keluhan kembung dan flatulen. Penggunaan
dalam klinik. Acarbose dapat digunakan sebagi monoterapi atau sebagai
kombinasi dengan insulin, metformin, glitazone atau sulfonylurea. Untuk
mendapat efek maksimal, obat ini harus diberikan segera pada saat
makanan utama. Hal ini perlu karena merupakan penghambat kompetitif dan
sudah harus ada pada saat kerja ensimatik pada saat yang sama
karbohidrat berada di usus halus. Dengan memberikannya 15 menit sebelum
atau sesudah makan akan mengurangi dampak pengobatan terhadap glukosa
postprandial. Monoterapi dengan acarbose dapat menurunkan rata-rata
glukosa postprandial sebesar 40-60 mg/dl dan glukosa puasa rata-rata
10-20 mg/dL dan AIC 0,5-1%. Dengan terapi kombinasi bersama sulfonylurea
metformin dan insulin maka acarbose dapat menurunkan lebih banyak
terhadap AIC sebesar 0,3-0,5% dan rata-rata glukosa postprandial
sebesar 20-30 mg/dL dari keadaan sebelumnya.
Cara pemberian ADO, terdiri dari :
- ADO
dimulai dengan dosis kecil dan ditingkatkan secara bertahap sesuai
respons kadar glukosa darah, dapat diberikan sampai dosis hampir
maksimal
- Harus
diketahui betul bagaimana cara kerja, lama kerja dan efek samping obat –
obat tersebut. (misalnya klorpropamid jangan diberikan 3 kali I tablet,
karena lama kerjanya 24 jam)
- Bila memberikan bersama obat lain, pikirkan kemungkinan adanya interaksi obat.
- Pada
kegagalan sekunder terhadap obat hipoglikemik oral, usahakanlah
menggunakan obat oral lain, bila gagal, baru beralih kepada insulin.
2. Insulin
Sediaan
insulin pada umumnya diperoleh dari sapi atau babi. Dengan berbagai
teknik isolasi dan modifikasi
diperoleh bermacam – macam sediaan dengan sifat yang berbeda. Perbedaan
yang penting adalah sifat antigenitasnya, semakin murni insulin
diperoleh maka makin kurang sifat antigennya. Berdasarkan kemurniannya
macam insulin dibagi menjadi:
a. Insulin puncak tunggal
Insulin puncak tunggal adalah insulin dengn kromatografi gel. Pada pemeriksaan dengan disc gel electrophorese
ditemukan bahwa selain insulin dengan puncak tunggal masih ada sejumlah
kecil de-amino insulin dan arginin insulin yang merupakan hasil antara
yang berasal dari perubahan proinsulin menjadi insulin.
b. Insulin yang sangat dimurnikan
Insulin yang sangat dimurnikan (highly purified)
adalah insulin babai uang melalui proses pemurnian lebih lanjut dengan
cara kromatigrafi gel dan pertukaran ion. Daya imunogenitasnya pada
manusia bergantung pada jumlah proinsulin dan bahan – bahan alin yang
menyebabkan kristal tidak murni.
c. Insulin mono komponen
Insulin
puncak tunggal yang dimurnikan lebih lanjut. Insulin jenis ini
mempunyai kemurnian 99,5 % dan ternyata penelitian pada binatang
menunjukkan insulin ini tidak bersifat antigenik.
d. Human Insulin.
Untuk
mendapatkan insulin murni seperti yang diproduksi pankreas manusia ada 2
cara: 1). Dengan menggunakan rekombinan DNA dari E. Coli dan 2).
Menggunakan proses enzimatik yang dapat mengubah insulin babi menjadi
insulin manusia.
Indikasi pemakaian
insulin adalah :
- Penurunan berat badan yang cepat
- Hiperglikemia berat yang disertai ketosis
- Ketoasidosis diabetic
- Hiperglikemia hiperosmolar non ketotik
- Hiperglikemia dengan asidosis laktat
- Gagal dengan kombinasi ADO dosis hampir maksimal
- Stress berat (infeksi sistemik, operasi besar, IMA, stroke)
- Kehamilan dengan DM/ diabetes mellitus gestsional yang tidak terkendali dengan TGM
- Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat
- Kontraindikasi dan atau alergi terhadap ADO.
Jenis dan lama kerja, insulin terbagi menjadi empat jenis, yakni:
1. Insulin kerja pendek (short acting insulin)
Insulin
reguler adalah larutan insulin seng kristalin kerja singkst.menurunkan
gula darah dalam beberapa menit. Ini merupakan satu – satunya preparat
insulin yang cocok untuk pemberian intravena. Bentuk bufer digunakan
pada pompa insulin eksternal. Baik insulin rekombinan manusia maupun
sumber hewan tersedia dalam bentuk ini. Actrapic , Velosulin, dan
semilente juga termasuk dalam kelompok ini. Insulin jenis ini sebaiknya
diberikan 30 menit sebelum makan, akan mencapai puncak setelah 1- 3 jam
dan mempunyai efek sampai 8 jam.
2. Insulin kerja menengah
(intermediate acting insulin)
a. Suspensi insulin semilente
insulin
ini merupakan endapan amorf insulin dengan ion seng dalam bufer asetat
yang tidak cocok untuk pemberian intravena. Mula kerja dan efek
puncaknya cepat, tetapi agak lebih lambat dari insulin reguler.
b. Suspensi insulin isofane
insulin
ini sering disebut neutral protamine hagedorn (NPH/insulatard), suatu
insulin yang dikombinasi pada pH netral dengan muatan polipeptida
positif protamin. Masa kerjanya sedang. Ini disebabkan oleh lambatnya
absorbsi insulin karena konjugasi insulin dengan protamin untuk
membentuk kompleks yang kurang larut. NPH seharusnya hanya diberikan
secara subkutan dan berguna pada semua bentuk diabetes kecuali diabetes
ketoasidosis dan hiperglikemia berat.
c. Insulin lente
Insulin
ini merupakan campuran 30% insulin semi lente dan 70% insulin
ultralente. Kombinasi ini memberikan absorbsi yang lebih cepat dengan
suatu
kerja pemeliharaan yang membuat insulin lente digunakan secara luas
dari semua jenis insulin seri lente. Diberikan hanya secara subkutan.
Monotard sama seperti lente, tetapi dibuat dari pankreas babi.insulin
macam ini awal kerjanya adalah 1,5 – 2,5 jam dan mempunyai lama kerja
sampai kira – kira 24 jam. Jenis ini mempunyai puncak yang berbeda –
beda secara individual yaitu antara 4 sampai 15 jam.
3. Insulin kerja panjang (long acting insulin)
Insulin
ultralente merupakan suspensi kristal insulin seng (babi atau manusia)
dalam bufer asetat dengan komposisi partikel besar yang lambat
dipisahkan. Menghasilkan
awitan kerja lambat dan efek hipoglikemik jangka lama. Saat ini hanya
digunakan di beberapa negara saja, kerena kontrol diabetes sukar dicapai
dengan obat ini dan tidak mungkin dikombinasi dengan insulin netral
atau asam dalam satu suntikan. Selain itu waktu kerja terlalu panjang 24
– 36 jam sehingga mungkin dapat terjadi kumulasi obat.
4. Insulin campuran tetap (premixed insulin)
Kombinasi
insulin manusia seperti 70 % isofane dan 30 % reguler. Awal kerjanya
dan kekuatannya tergantung dari proporsi komponen insulin kerja
cepatnya. Sedang lama kerjanya sampai 24 jam.
Dari
sediaan yang ada sering dibuat campuran dengan tujuan memperoleh
sediaan yang mula kerja cepat dan masa kerja panjang. Campuran tersebut
dapat dibuat sesuai dengan kemauan kita dan keadaan penderita, tetapi
sediaan campuran tersebut bersifat tidak stabil dalam larutan sehingga
pembuatannya harus dilakukan sesaat sebelum penggunaannya.
Efek samping terapi insulin
- Efek samping utama dari terapi insulin adalah terjadinya hipoglikemi
- Efek samping yang lain berupa reaksi imun terhadap insulin yang dapat menimbulkan alergi insulin atau resistensi insulin
Dasar pemikiran terapi insulin:
- Sekresi
insulin fisiologis terdiri dari sekresi basal dan sekresi prandial.
Terapi insulin diupayakan mampu meniru pola sekresi insulin yang
fisiologis.
- Defisiensi
insulin mungkin berupa defisiensi
insulin basal, insulin prandial atau keduanya. Defisiensi insulin basal
menyebabkan timbulnya hiperglikemi pada keadaan puasa, sedangkan
defisiensi insulin prandial akan menimbulkan hiperglikemi setelah makan
- Terapi insulin dapat diberikan secara tunggal (satu macam) berupa: insulin kerja cepat (rapid acting), kerja pendek (short acting ), kerja menengah (intermediate acting), kerja panjang (long acting), dan insulin campuran tetap (premixed insulin).
- Pemberian
dapat pula secara
kombinasi antara jenis insulin kerja cepat atau insulin kerja pendek
untuk koreksi defisiensi insulin prandial, dengan kerja menengah atau
kerja penjang untuk koreksi defisiensi insulin basal. Juga dapat
dilakukan kombinasi dengan ADO
- Terapi
insulin tunggal atau kombinasi disesuaikan dengan kebutuhan pasien dan
respons individu terhadap insulin, yang dinilai dari hasil pemeriksaan
kadar glukosa darah harian
- Penyesuaian dosis insulin dapat dilakukan dengan menambah 2-4 unit setiap 3-4 hari bila target terapi belum tercapai
Cara penyuntikan insulin
- Insulin
umumnya diberikan dengan suntikan di bawah kulit (subkutan). Dengan
arah alat suntik tegak lurus terhadap permukaan kulit
- Pada keadaan khusus diberikan intramuskular atau intravena secara bolus atau drip.
- Terdapat sediaan insulin campuran (mixed insulin)
antara insulin kerja pendek dan kerja menengah, dengan perbandingan
dosis yang tertentu. Apabila tidak terdapat sediaan insulin campuran
tersebut atau diperlukan perbandingan dosis yang lain, dapat dilakukan
pencampuran sendiri antara kedua jenis insulin tersebut.
- Lokasi
penyuntikan, cara penyuntikan maupun cara penyimpanan insulin harus
dilakukan dengan benar, demikian pula mengenai rotasi tempat suntik.
- Apabila diperlukan, sejauh sterlitas penyimpanan terjamin, semprit
insulin dan jarumnya dapat dipakai lebih dari satu kali oleh diabetisi yang sama.
- Secara
resmi, kemasan insulin injeksi 40u/ml tidak beredar lagi di Indonesia,
sehingga mengurangi kesalahan yang dapat disebabkan karena perbedaan
kemasan insulin dengan semprit yang dipakai. Saat ini juga tersedia
insulin campuran (premixed) kerja cepat dan kerja menengah.
Terapi Kombinasi
Pemberian ADO maupun insulin selalu dimulai dengan dosis rendah, untuk kemudian dinaikkan secara bertahap sesuai dengan
respons kadar glukosa darah.
Bersamaan
dengan pengaturan diet dan kegiatan jasmani, bila diperlukan dapat
dilakuakan pemberian ADO tunggal atau kombinasi ADO sejak dini. Terapi
dengan ADO kombinasi, harus dipilih dua macam obat dari kelompok yang
mempunyai mekanisme kerja berbeda. Bila sasaran kadar glukosa darah
belum tercapai, dapat pula diberikan kombinasi tiga ADO dari kelompok
yang berbeda atau kombinasi ADO dengan insulin. Pada pasien yang
disertai dengan alasan klinik dimana insulin tidak memungkinkan untuk
dipakai, dipilih terapi dengan kombinasi tiga ADO.
(Smart insulin berbentuk pena) http://www.diabetesnet.com |
Untuk
kombinasi ADO dan insulin, yang banyak dipergunakan adalah kombinasi
ADO dan insulin basal (insulin kerja sedang/panjang) yang diberikan
pada malam hari menjelang tidur. Dengan pendekatan terapi tersebut pada
umumnya dapat diperoleh kendali glukosa darah yang baik dengan dosis
insulin yang cukup kecil. Dosis awal insulin kerja menengh/panjang
adalah 10 unit yang diberikan sekitar jam 22.00, kemudian dilakukan
evaluasi dosis tersebut dengan menilai kadar glukosa darah puasa
keesokan harinya.
Bila
dengan cara seperti di atas kadar glukosa darah sepanjang hari masih
tidak terkendali, maka obat hipoglikemik oral dihentikan dan diberikan
insulin saja.
Dari: dr Arief Adi S
Judul: [my Mind] Mengenal Obat Anti Diabetes (Anti Diabetic Oral).
Kepada: kunsantri.nurrobbi@yahoo.co.id
Tanggal: Minggu, 24 Mei, 2009, 5:36 AM
Judul: [my Mind] Mengenal Obat Anti Diabetes (Anti Diabetic Oral).
Kepada: kunsantri.nurrobbi@yahoo.co.id
Tanggal: Minggu, 24 Mei, 2009, 5:36 AM
Kunsantri Nurrobbbi, MD
Dapat direvisi kemudian