PENATALAKSANAAN HIPERTENSI TERKINI
Jika kita melihat prevalensi pada setengah dari penduduk
Indonesia mengalami hipertensi. Alasan untuk berobat maka hipertensi menempati
urutan pertama. Hipertensi memiliki deteksi yang dini. Sebenarnya mudah diobati namun yang berobat
itu ternyata kurang. Karena kurangnya kesadaran masyarakat. Salah satu juga
faktor dari kardiovaskuler yang dapat dicegah. Tidak terdeteksinya hipertensi
merupakan konsekuensi dari morbiditas yang meningkat. Berdampak pada biaya. Hal
ini disampaikan dalam acara ulang tahun RSUD dr. Kanujoso Djatiwibowo
Balikpapan (9/8/13) oleh narasumber
seorang ahli penyakit dalam dari Fakultas Kedokteran Universitas
Hasanuddin Bapak Prof. DR. dr. Syakib Bakri, Sp.PD., (KGH) Guru besar FK UNHAS.
Kembali pada klasifikasi JNE pada kategori hipertensi yang
telah lalu. Evaluasi diagnostik memiliki identifikasi :
1.
Faktor resiko
2.
Subklinis dari kerusakan organ
3.
Concomitant disease
4.
Accompanying CV and renal
Pemeriksaan tekanan darah
Blood pressure measurement
-Allow the patient to sit quietly for several minutes
- Jangan minum kopi sekurang-kurangnya 30 menit
-Validasi dari alat
- dua rata-rata kanan dan kiri
- Kaki tidak boleh menggantung harus ada penyangganya
-Jangan terlalu cepat mengukurnya
-Bersikap tenang dan jangan gugup atau cemas
Pemeriksaan fisik sekunder meliputi laboratorium sangat
penting. Perlunya penegasan dari dokter yang menangani banyak sekali
sekundernya seperti pemeriksaan. Kemudian diet rendah natrium. Tinggi natrium
yang berasal dari makanan sehingga makanan diberikan peringatan untuk
garam-garaman pada makanan.
Mekanisme dari garam
banyak sekali terlepas dari hipertensi tersendiri. Mengurangi garam
1.
Mengurangi garam separuh dari masakan 50% 6 gram
atau 1 sendok the = 6 gram Natrium.
2.
Ganti makanan kalengan
3.
Menambah garam dengan garam makanan ada pula
garam sintetis yang disediakan
Frekuensi dari olehraga 4 kali dalam 7 hari dengan olahraga
yang ringan. Menurut jurnal kesehatan psikologi berburuk sangka dapat
meningkatkan resiko hipertensi.
Bagaimana pengobatannya ?
-
Pengelompokkan sesuai JNC.
-
Adakah penyakit lain seperti diabetes
-
Misalkan golongan hipertensi yang rendah tidak
ada risk faktor tidak perlu diberikan anti hipertensi
-
Modifikasi target organ yang akan diturunkan
Konsiderasi sosial sperti
-
Umur
-
Demogradi
-
Coexisting diseasi dan terapi
-
Hemodinamik profile
-
Komplikasi hipertensi
-
Konsiderasi ekonomi
Berdasarkan JNC 7 apakah target mnjadi dua stadium; jika
stadium 2 maka kombinasi, dengan tujuan tercapai. Contoh nifedipin 10 mg short
acting untuk sakit jantung koroner jangan dipakai. Diltiazem untuk terapi juga
hati-hati pada penyakit jantung koroner. Berdasarkan NICE GUIDELINE 127, 2011 sesuai
treatment kombinasi.
Dapat direvisi kemudian
0 Komentar Anda:
Posting Komentar