Arteriovenous malformation (Malformasi Arteri-Vena)
Merupakan
hubungan antara arteri dan vena yang abnormal. Terbentuk dengan tidak normal
hubungan tersebut sehingga aliran darah menjadi bertambah. Etiologi hingga saat
ini masih belum diketahui meskipun beberapa ahli memberikan teori pembentukan
disebabkan karena tekanan aliran yang meningkat terus-menerus. Pada bayi yang
baru lahir terbentuknya malformasi tersebut dinamakan kongenital AVM.
AVM dapat
terbentuk dimana saja di tempat pertemuan arteri dan vena tubuh. Yang paling
sering menimbulkan gejala adalah di pembuluh darah otak, sehingga menimbulkan
sakit kepala yang berlebihan dan terus-menerus. Tempat lain yang tersering
adalah punggung yaitu tulang belakang.
Bilamana terjadi perdarahan
Yang paling
ditakutkan adalah jika terjadi perdarahan di otak akan menyebabkan stroke.
Menurut penelitian di otak terjadi AVM yaitu 1 diantara 200 hingga 500 orang. Dengan
pria lebih banyak daripada wanita. Bila penderita AVM pernah mengalami pecahnya
pembuluh darah tersebut, tercatat kemungkinan 20% pada tahun pertama akan
mengalami perdarahan lain hampir 20%, dan bertahap berkurang menjadi sekitar
3-4% pada tahun berikutnya.
Bagaimana pemeriksaannya ?
Untuk mengetahui
apakah ada AVM di otak dapat digunakan; CT-Scan dengan kontras atau CT scan
dengan zat pewarna, MRI atau Magnetic Resonance Imaging yaang dijadikan MRA
(Maagneting Resonance Angiography) berdasarkan gelombang elektromagnet yang
disusun di layar komputer, serta untuk melihat AVM dapat pula digunakan Angiogram
dengan menggunakan kateter kecil dari pangkal paha ke otak dan dilakukan
pencitraan zat pewarna. Langkah angiogram ini memang paling sulit dilakukan
namun hasil pencitraannya lebih akurat dibanding dengan cara yang lain.
Pada
prinsipnya tekanan darah harus normal atau sedikit lebih rendah untuk mencegah
pecahnya AVM. Untuk penderita AVM disarankan untuk menghindari aktivitas
berlebihan yang mampu memicu terjadinya peningkatan tekanan darah secara
ekstrim, seperti menghindari stress, mengangkat beban terlalu berat, mengejan,
dan aktivitas berat yang serupa. Penderita penyakit jantung yang dan kolesterol
tinggi patut berhati-hati dengan obat-obatan yang dikonsumsinya seperti
trombolisis (aspirin) ataupun warfarin, sehingga wajib kontrol secara teratur
ke dokter yang bersangkutan.
Apakah pembedahan menjadi solusi ?
www.brain-aneurysm.com |
Terjadi hal
yang tak diinginkan. AVM di otak pecah saatnya evaluasi dilakukan, bila
pecahnya vena atau arteri apau pembuluh darah tersebut dapat diatasi tanpa
pembedahan maka cukup menunggu pembuluh darah itu menyatu kembali. Namun, harus
diperhatikan pada saat pecahnya pembuluh darah tersebut darah akan menekan otak
atau tidak. Bilamana lokasinya dapat dilakukan pembedahan maka keputusan
dilakukan bedah harus dengan cepat dan pertimbangan yang matang. Seperti biasa
pasien dibius hingga tidur dan tengkorak dibuka untuk dicari bagian mana yang
pecah kemudian dilakukan evakuasi darah atau clot atau bekuan yang menghambat
kemudian bilamana dapat dieksekusi maka AVM yang abnormal itu kemudian
dilakukan teknik merusak AVM dan meningalkan pembuluh darah yang masih baik.
Dewasa ini telah ditemukan cara-cara minimal invasive yang terus dikembangkan
seperti Stereotactic radiosurgery dan
Endovascular neurosurgery. Pada
sterostatic dilakukan dengan merusak AVM dengan membekukannya. Dan pada
endovascular atau interventional dilakukan penyumbatan denan lem jaringan atau
adesif tisue, atau partikel yang mampu menghentikan aliran darah yang menuju
AVM. Pertimbangan lain perlu diingat ukuran dan lokasi. Kadang kala gejala yang
tidak muncul tidak memerlukan tindakan pembedahan, hanya kontrol secara
terprogram pada dokter yang menanganinya.
Dokter Dale Ding dan para koleganya di
Universitas Virginia memberikan analisis dari 444 pasien yang mendapatkan
penanganan menggunakan sterotatic radiosurgery utnuk AVM tanpa didapatkan bukti
adanya gejala hemorragic (perdarahan). Rata-rata berkisar antara 4,2 cm3 atau
sekitar diameter 2 cm. Namun pada 14%-nya berada di lokasi otak bagian dalam.
Mereka menemukan keadaan memburuk pasca intervensi bedah sebesar 7%.
Dan hingga saat ini pasien cenderung
menginginkan dilakukannya intervensi bedah secepatnya sebelum terjadinya pecah
AVM atau embolisasi.
Berikut
kesimpulan dari penelitian Dokter Dale Ding dan kawan-kawan,
“Radiosurgery offers a reasonable benefit-to-risk profile for patients with unruptured AVMs. Until the AVMs were obliterated, the cohort of patients with unruptured AVMs demonstrated an annual hemorrhage rate comparable to traditionally quoted figures”. (D. Ding et al, 2013)
Pembedahan dengan Radiosurgery memberikan manfaat untuk pasien dengan AVM yang belum ruptur. Hingga AVM mengalami obliterasi, pada kelompok pasien dengan unruptured AVM (AVM yang
belum ruptur) menunjukkan tingkat perdarahan tahunan yang sebanding.
Referensi:
Ding
D, Yen CP, Xu Z, Starke RM, Sheehan JP: Radiosurgery for patients with
unruptured intracranial arteriovenous malformations. Clinical article. J Neurosurg[epub ahead of print
March 26, 2013. DOI: 10.3171/2013.2.JNS121239]FKUI,
2011, Sinopsis Ilmu Bedah Saraf.
Departemen Bedah Saraf FKUI-RSCM, Jakarta: CV. Sagung Seto
Darmadipura,
Prof. dr. H.M. Sajid, Sp.BS, 2008, Pedoman
Diagnosis dan Terapi Ilmu Bedah Saraf, Rumah Sakit Umum dr. Soetomo
Surabaya.
Pierce
A. Grace, 2006, at A Glance Ilmu Bedah
Edisi Ketiga, Blackwell Publishing, translated by dr. Vidhia Umami,
Jakarta; Penerbit Erlangga
R.
Sjamsuhidajat & Wim de Jong, 2005, Buku
Ajar Ilmu Bedah, Ed. 2, Jakarta; EGC
Mardjono,
Prof. DR., 2006, Neurologi Klinis Dasar,
Jakarta; Dian Rakyat
Iskandar,
Djunaidi, dr., 2011, Stroke Waspadai
Ancamannya, Yogyakarta; Andi
Duus,
Peter, 1996, Diagnosis Topik Neurologi:
Anatomi, Fisiologi, Tanda, Gejala, E/2, alih bahasa oleh dr. Devy H.
Ronardy, Jakarta; EGC
Japardi,
Iskandar, DR, dr, Sp.BS, 2004, Memahami
Aspek-aspek Penting dalam Pengelolaan Penderita Cedera Kepala, Jakarta; PT.
Bhuana Ilmu Populer
Satyanegara,
Prof. DR. dr., Sp.BS, 2010, Ilmu Bedah
Saraf, Jakarta; Gramedia
Dapat direvisi kemudian
0 Komentar Anda:
Posting Komentar