Our social:

Minggu, 18 Agustus 2013

Overdiagnosis Tuberkulosis Primer


Pada pertemuan para ahli pulmonologi anak di Jakarta 26 Agustus 2000 telah dibuat suatu kesepakatan bersama yang berupa Konsensus Nasional TB anak. Diagnosis paling tepat adalah ditemukannya basil TB dari bahan yang diambil dari pasien misalnya sputum, bilasan lambung, biopsi dll. Tetapi pada anak hal ini sulit dan jarang didapat, sehingga sebagian besar diagnosis TB anak didasarkan gambaran klinis, kontak, gambaran radiologis, dan uji tuberculin.
Pemeriksaan BTA secara mikroskopis langsung pada anak biasanya dilakukan dari bilasan lambung karena dahak sulit didapat. Pemeriksaan BTA secara biakan (kultur) memerlukan waktu yang lama. Cara baru untuk mendeteksi kuman TB dengan PCR (Polymery Chain Reaction) atau Bactec masih belum banyak dipakai dalam klinis praktis. Demikian juga pemeriksaan darah serologis seperti ELISA, PAP, Mycodot dan lain-lain, masih memerlukan penelitian lebih lanjut untuk pemakaian dalam klinis praktis. Beberapa pemeriksaan tersebut spesifitas dan sensitifitasnya tidak lebih baik dari uji tuberkulin atau tes mantoux.
Overdiagnosis sering terjadi karena karena tidak sesuai dengan panduan diagnosis yang ada atau kesalahan dalam menginterpretasikan gejala klinis, kontak dan pemeriksaan penunjang khususnya tes mantoux dan foto polos paru. Pada kasus di atas sebagian besar overdiagnosis TB ditegakkan hanya karena hasil foto rontgen. Tanpa pengamatan adanya kontak dan uji tuberkulin (test mantouxt) sudah terlalu cepat diberikan pengobatan TB. Sering terjadi hasil rontgen adalah infiltrat (flek) di paru sudah dianggap sebagai TB. Padahal gambaran ini bukan gambaran TB dan ternyata bisa didapatkan pada penyakit alergi, asma dan penyakit coeliac (gangguan saluran cerna dan berat badan kurus). Sedangkan gambaran röntgen TB paru pada anak tidak khas. Gambaran TB yang ditemukan adalah pembesaran kelenjar hilus atau kelenjar paratrakeal, milier,atelektasis, kolaps, konsolidasi, infiltrat dengan pembesaran kelenjar hilus atau paratrakeal, konsolidasi (lobus), cairan paru. kalsifikasi, bronkiektasis, kavitas dan destroyed lung (paru rusak). Sering kali terjadi interpretasi dokter radiologi hanya karena ditemukan infiltrat (flek) tanpa pembesaran kelenjar hilus atau kelenjar paratrakeal sudah dicurigai atau dianggap TB. Sedangkan dokter yang merawat penderita langsung memberikan pengobatan TB tanpa konfirmasi data lainnya.
Menentukan sumber penularan atau kontak TB adalah adanya kontak erat dan lama dengan penderita TB yang dipastikan dengan pemeriksaan dahak yang positif. Kesalahan yang sering terjadi bahwa kontak TB itu adalah saudara yang hanya pernah bertemu sesekali. Kesalahan lainnya kontak TB sering dianggap bahwa orang yang sering batuk atau kurus padahal belum tentu bila belum terbukti pemeriksaan dahak atau sputum positif. Anak yang mengalami gagal tumbuh dengan kesulitan makan ternyata sekitar 75% salah satu orang tuanya juga mengalami gangguan kenaikkan berat badan. Penderita alergi atau asma juga sebagian besar salah satu orang tuanya juga mengalami batuk lama yang terlalu cepat dianggap sebagai kontak TB.
 Di dalam masyarakat batuk lama atau Batuk Kronis Berulang (BKB) tampaknya lebih sering dikawatirkan sebagai TB. Padahal batuk adalah bukan merupakan keluhan utama penyakit TB pada anak. BKB adalah batuk yang berlangsung lebih dari 2 minggu atau berulang 3 kali atau lebih dalam 3 bulan. Diagnosis banding pertama pada BKB adalah asma atau alergi. Menurut pedoman Nasional Tuberkulosis Anak bila ditemui keluhan BKB harus disingkirkan dulu diagnosis banding lain seperti alergi atau asma sebelum diagnosis TBC dicari.
Kesalahan membaca tes mantouxt sering terjadi dalam overdiagnosis TB. Hasil tes Mantoux yang besar langsung dicurigai sebagai TB. Padahal tes Mantoux dikatakan positif bila indurasi harus lebih 10 mm bila bekas luka imunisasi BCG negatif (imunisasi tidak jadi). Bila bekas luka imunisasi BCG ada (imunisasi BCG jadi) harus lebih 15 mm. Kesalahan lain yang sering terjadi adalah penilaian tes mantoux adalah lebar peninggian kemerahan kulit bukan kemerahan pada kulit (Ikatan Dokter Paru Indonesia (IDPI), 2000).

Kunsantri Nurrobbbi, MD
Dapat direvisi kemudian

0 Komentar Anda: