Our social:

Latest Post

Tampilkan postingan dengan label Hipertensi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Hipertensi. Tampilkan semua postingan

Minggu, 08 September 2013

ASPEK PSIKOSOSIAL DALAM PENANGANAN HIPERTENSI



Disampaikan oleh Prof. Budi Ana Keliat, S.Kp, MappSc yaitu guru besar dari Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.  Dalam masalah kesehatan jiwa, holistik care, CLMHN, Aspek sosial. (9/8/13) di Grand Senyur Balikpapan pada ulang tahun RSUD dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan. Masalah kesehatan jiwa nasional berdasarkan riset kesehatan dasar tahun 2007.

Gangguan Jiwa Berat : 0,46 %
1.       DKI Jakarta          : 2,03 %
2.       Aceh                      : 1,85 %
3.       Sumbar                                : 1,67 %
Beliau bercerita saat bekerja di Australia sebagai perawat bedah bahwa pasien tidak boleh nyeri. Misalkan gangguan mental emosional sebesar 11,6% berdasarkan riset kesehatan dasar. Disimpulkan sehat jiwa 88,94%, mental emosional 11,6%, gangguan jiwa 0,46%. Dapat disimpulkan bahwa estimasi kesehatan mental emosional yang terganggu sebanyak 20,3 juta orang. Penelitian menyebutkan bahwa tingkat depresi terbesar adalah TBC sebesar diatas 46%, HIV/AIDS sebesar diatas 44% atau kedua tingkat depresinya setelah TBC dalam populasi umum 10%.

Gangguan mental emosional  menyebabkan :
-          Kualitas hidup terganggu
-          Kualitas kerja terganggu
-          Produktifitas terganggu
Target kesehatan jiwa:
1.       Sehat jiwa tetap sehat
2.       Resiko gangguan jiwa jadi sehat jiwa
3.       Gangguan jiwa jadi mandiri dan produktif
Proses adaptasi holistik memiliki konsep:
-          Komprehensif
-          Holistik
-          Terus-menerus
-          Paripurna
Holistik menuntut kebutuhan psikososial seperti budaya, stres adaptasi, konsep diri, kehilangan, spiritual. Pendekatan stres adaptasi merupakan stresor yang menjadikan adapti f tersebut dalam edukasi dalam pendekatan psikososial yaitu pemicu (stressor) meliputi perubahan fungsi, makanan sehari-hari, Stess bio psikososial  yang bertujuan  mencapai pengobatan optimal.

Kebutuhan psikososial “self-concept”
-          Self-esteem (harga diri)
-          Body image (citra tubuh)
-          Role (peran)
-          Identity (Identitas)
-          Self-Ideal (Cita-cita)
Kebutuhan psikososial kehilangan
-          Denial (mengingkari)
-          Anger (marah)
-          Bargaining (tawar-menawar)
-          Depression (depresi)
-          Acceptance (menerima)
Kebutuhan spiritual
-          Love
-          Trust
-          Hope
-          Forgiveness
-          Meaning
Asuhan Keperawatan yang perlu dikuasai;
1.       Ansietas
1.1. Ansietas
1.2. Gangguan citra tubuh
1.3. Harga diri rendah situasional
2.       Depresi
2.1. Ketidakberdayaan
2.2. Keputusasaan


Kunsantri Nurrobbbi, MD
Dapat direvisi kemudian

PENATALAKSANAAN HIPERTENSI EMERGENCY



Severe hipertensi dengan hipertency emergency. Bagaimana dikatakan hipertency emergency yang lebih dari 220 dan beberapa yang ada 240 mmHg. Kelompok yang disebut hipertensi krisis meliputi severe dan emergency. Terjadi peningkatan sangat tinggi dari 0,5% dari hipertensi di tahun-tahun diagnosis awal pasien tersebut. Pembicaraan menarik dari DR. dr. Haerani Rasyid, M.Kes, KGH, SpGK yaitu dosen FK Universitas Hasanuddin.   

Ancaman kegawatan dari hipertensi tersebut selalu membayang-bayangi. Sebagaimana penggunaan kafein dan amfetamin yang tak sesuai. Hipertensi yang berbahaya tersebut dapat terpilih hipertensi emergency menggunakan obat parenteral kondisi ini dianamakan darurat. Pemilihan yang tepat sangat menolong dalam kondisi tersebut.

Berdasarkan guideline yang ada berdasarkan penelitian-penelitian tersebut seperti nicardipin yang memiliki kemampuan tersebut. Pada pendiagnosisan yang perlu mengalami hipertensi dalam keteraturan. Nicardipin ini bekerja pada penurunan perifer yang memiliki kemampuan tersebut. Obat intravena untuk pasien kritis dalam bentuk microdrip dosis tertentu. Dalam panduan memberikan obat ini dalam 48 jam target 20 sd 25% dari MAP. Setelah 6 jam boleh 160/90mmHg. Sehingga panduan selanjutnya boleh diturunkan lagi asalkan jangan sampai ada iskemik dari target organ tersebut.

Penggunaan obat tersebut memiliki dosis panduan dalam bentuk syringe pump atau bolus. Pemberian efek berhati-hati pada rebound fenomena, namun hampir tidak pernah ada melaporkan hal negatif tersebut. Ternyata dalam pelaksanaannya tidak harus berada di intensive care.  

  Stabilisasi antihipertensi efek dari diltiazem.
Presipitasi dari timbulnya hipertensi krisis adalah pada kondisi khusus yang menjadi kemungkinan hipertensi emergency dari kemampuan autoregulasi dari homeostatis tubuh yang tak sanggup lagi ditangani tubuh. Paling umum terjadi adanya sakit kepala berat namun nonspesifik ataupun nyeri dada yang tidak spesifik. Dibandingkan obat-obat yang ada nicardipin. Sesuai guideline CHEST 2007. Bagaimana nicardipin sebagai pengantar bekerja pada perifer resistensi yang membuat suatu keunggulan dari nicardipin itu sendiri.
Pada prevensi untuk adekuat managemen yang baik lebih baik dibandingkan pengobatan.



Bagaimana post aneurysma yang memiliki standar patokan untuk dipelihara tensinya berkisar ?
Umumnya aneurysma itu adalah memiliki faktor genetik sejak kecil. Sangat dipengaruhi fungsi cerebral yang labil. Tekanan darah itu memiliki kontrol sebanyak 24 jam.  Memiliki fase fluktuasi memberi pola yang bervariasi.

Bagaimana dengan kasus-kasus hipertensi dengan hemodialisis rutin misalnya ?
Bedakan dulu kronik atau emergency. Namun nicardipin bukan rutin, namun disesuaikan dengan waktu. Hingga obat oral dapat diberikan. Apakah guideline sudah pas ?
Pada gagal ginjal terminal adanya aldosteron yang rusak sehingga resiko meningkat. Sehingga diberikan antagonis aldosteron. Dalam hal ini penggunaan spironolakton pada gagal ginjal saat ini.

Beberapa penelitian dari kognitif terapi yang memiliki relaksasi dari suasana hemodialisis menjadikan terapi seperti terapi musik, kerohanian, dan sebagainya.  

Pada hipertensi yang tinggi kronik diturunkan dalam tahapan setidaknya dalam 2 minggu tidak diperkenankan langsung normal karena dapat terjadi stroke. Artinya perfusi ke jaringan tetap diperhatikan. Diturunkan secara perlahan tidak boleh sekaligus.
Untuk hipertensi pada ibu yang akan hamil. Angiotensin II diperlukan untuk pembentukan sel karena itu ARB tidak boleh diberikan pada ibu hamil. Organ matang terbentuk pada paru-paru kehamilan tidak boleh diberikan.


Kunsantri Nurrobbbi, MD
Dapat direvisi kemudian

PENATALAKSANAAN HIPERTENSI TERKINI



Jika kita melihat prevalensi pada setengah dari penduduk Indonesia mengalami hipertensi. Alasan untuk berobat maka hipertensi menempati urutan pertama. Hipertensi memiliki deteksi yang dini.  Sebenarnya mudah diobati namun yang berobat itu ternyata kurang. Karena kurangnya kesadaran masyarakat. Salah satu juga faktor dari kardiovaskuler yang dapat dicegah. Tidak terdeteksinya hipertensi merupakan konsekuensi dari morbiditas yang meningkat. Berdampak pada biaya. Hal ini disampaikan dalam acara ulang tahun RSUD dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan (9/8/13) oleh narasumber  seorang ahli penyakit dalam dari Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Bapak Prof. DR. dr. Syakib Bakri, Sp.PD., (KGH) Guru besar FK UNHAS.


Kembali pada klasifikasi JNE pada kategori hipertensi yang telah lalu. Evaluasi diagnostik memiliki identifikasi :
1.       Faktor resiko
2.       Subklinis dari kerusakan organ
3.       Concomitant disease
4.       Accompanying CV and renal
   
Pemeriksaan tekanan darah
Blood pressure measurement
-Allow the patient to sit quietly for several minutes
- Jangan minum kopi sekurang-kurangnya 30 menit
-Validasi dari alat
- dua rata-rata kanan dan kiri
- Kaki tidak boleh menggantung harus ada penyangganya
-Jangan terlalu cepat mengukurnya
-Bersikap tenang dan jangan gugup atau cemas

Pemeriksaan fisik sekunder meliputi laboratorium sangat penting. Perlunya penegasan dari dokter yang menangani banyak sekali sekundernya seperti pemeriksaan.  Kemudian diet rendah natrium. Tinggi natrium yang berasal dari makanan sehingga makanan diberikan peringatan untuk garam-garaman pada makanan.
 Mekanisme dari garam banyak sekali terlepas dari hipertensi tersendiri. Mengurangi garam
1.       Mengurangi garam separuh dari masakan 50% 6 gram atau 1 sendok the = 6 gram Natrium.
2.       Ganti makanan kalengan
3.       Menambah garam dengan garam makanan ada pula garam sintetis yang disediakan
Frekuensi dari olehraga 4 kali dalam 7 hari dengan olahraga yang ringan. Menurut jurnal kesehatan psikologi berburuk sangka dapat meningkatkan resiko  hipertensi.

Bagaimana pengobatannya ?
-          Pengelompokkan sesuai JNC.
-          Adakah penyakit lain seperti diabetes
-          Misalkan golongan hipertensi yang rendah tidak ada risk faktor tidak perlu diberikan anti hipertensi
-          Modifikasi target organ yang akan diturunkan
Konsiderasi sosial sperti
-          Umur
-          Demogradi
-          Coexisting diseasi dan terapi
-          Hemodinamik profile
-          Komplikasi hipertensi
-          Konsiderasi ekonomi
Berdasarkan JNC 7 apakah target mnjadi dua stadium; jika stadium 2 maka kombinasi, dengan tujuan tercapai. Contoh nifedipin 10 mg short acting untuk sakit jantung koroner jangan dipakai. Diltiazem untuk terapi juga hati-hati pada penyakit jantung koroner.  Berdasarkan NICE GUIDELINE 127, 2011 sesuai treatment kombinasi.


Kunsantri Nurrobbbi, MD
Dapat direvisi kemudian