|
Neurosurg Focus 32 (4):E3, 2012 |
Pendarahan Intrakranial
Spontan menyumbang 10% hingga 15% dari stroke. Di Amerika Serikat 60 ribu
hingga 120 ribu pasien mengalami stroke dengan perdarahan setiap tahun. Seiring
meningkatnya populasi penderita dari usia tua.Rata-rata 20 % - 40 % dari mereka
yang terkena ICH yang memiliki harapan fungisonal pada 6 bulan.Selain itu biaya
yang dibutuhkan termasuk yang tertinggi dari seluruh gangguan otak. Setengah
dari pasien ICH akan meninggal setelah mendapatkan perawatan yang mahal di ICU,
dan selebihnya 30 % dapat bertahan dengan tanggungan yang membutuhkan perawatan
jangka panjang dan rehabilitasi.
Beberapa studi telah
melakukan minimal invasive untuk pendarahan intrakranial atau perdarahan di
dalam otak selain perdarahan subdural, ekstradural, maupun epidural.
Sebagaimana kita ketahui bersama mekanisme cedera yang terjadi dapat berupa
fokal atau terlokalisir dan dapat pula bersifat difus atau menyebar sehingga
CT-Scan merupakan gold standar dari pemeriksaan, sekaligus mengetahui lokasi yang
semestinya.
Konservatif vs Invasif
Memutuskan untuk
dilakukan tindakan operatif atau konservatif saja sangat sulit apalagi dengan
dilakukannya minimal invasive pada pendarahan intracerebral. Kembali pada
keputusan awal sesuai skala Glasgow yaitu dimulai sejak enam jam pasca
resusitasi:
-
Cedera Otak
Ringan (COR) : 13-15
-
Cedera Otak
Sedang (COS) : 9-12
-
Cedera Otak
Berat (COB) : 3-8
Kemudian dilakukan
penilaian awal sesuai tingkat progresif yang agresif atau tidak. Pada
prinsipnya adalah pentingnya sebuah observasi yang kompleks. Pada kasus cedera
karena benturan spesifikasinya terjadinya intrakranial hematoma cenderung
disebabkan gaya akselerasi dan deselerasi yang memecah arteri/vena cortikal dan
subcortical dimana 20% ICH biasanya cenderung menyerang regio frontal dan
temporalis. Karena hal inilah maka minimal invasive dapat terlokalisir melihat
kecenderungan diatas.
Untuk menghindari TIK
yang progresif dapat digunakan mannitol 0,25-1 gram/kgBB dibolus (>20menit)
dilanjutkan dengan pemeliharaan 0,25 gram/KgBB per 6 jam. Modifikasi ketinggian
kepala 30 derajat-45 derajat. Terutama Oksigen dipertahankan agar tidak terjadi
hipoksia sehingga pada GCS kurang dari 8 hendaknya telah dilakukan intubasi. Pada
saat terjadinya kejang dapat dilakukan profilaksis dengan fenitoin kurang lebih
100 mg iv pelan-pelan per 8 jam. Pada prinsipnya hipotensi tidak terjadi jika
volume intravaskuler stabil, karena itu dapatlah dikontrol besarnya volume
intravaskuler dengan balance cairan. Nutrisi dapat dipertimbangkan untuk
menggunakan glukosa sesuai dengan kebutuhan kalori dengan memperhatikan
osmolaritas tubuh. Tak lupa terus memantau fungsi ginjal dikarenakan penggunaan
osmotik seperti mannitol.
Kriteria dapat dilakukan minimal invasive
Kriteria untuk
dilakukannya minimal invasive Surgical Evacuation with rtPA menurut Universitas
Alabama Birmingham antara lain sebagai berikut;
Minimally Invasive
Surgery plus rtPA for Intracerebral Hemorrhage Evacuation: MISTIE
Inclusion Criteria:
- GCS < 14 or NIHSS > 6
- Spontaneous supratentorial ICH with volume > 25 cc
- Symptom onset < 2 hours prior to diagnostic computed tomography scan (CT)
- Administration of initial rtPA dose within 54 hours of diagnostic CT Six-hour clot size equal to previous clot size + 5 cc
Perkembangan Terkini
Menurut Harrigan, dan
UAB Neurologist dr. I. Ivan Lopez telah melakukan investigasi dengan minimal
invasif dikombinasikan dengan recombinant tissue plasminogen activator (TPA)
dengan dilakukannya evakuasi ICH (MISTIE). Digunakanlah navigasi dengan
komputer untuk mengevacuasi clot-clot. Berikut pendapat dari dr. Harrigan: “A minimally invasive approach that will
avoid extensive penetration of normal tissue and permit administration of
thrombolytics offers the best chance of improvement for ICH patients”.
Jurnal Neurosurgery
bulan April 2012 telah menerbitkan hasil penelitian yang dilakukan oleh tim
Bedah Syaraf mereka yang melakukan studi tentang minimal invasive dengan
bantuan parmacological treatment. Digunakan teknik dengan memanfaatkan CT Scan
untuk lokasi stereotactic mengevakuasi clot dengan mengadopsi hukum archimedes.
Cara melakukan evakuasi ICH dengan minimal
invasive surgery
Dengan pengantar sistem
stereotactic memakai Leksell frame akurasi
lebih terlihat pada lokalisi (clot) gumpalan. Jika hematoma yang akut bersifat
padat, maka clot gumpalan akan menyumbat sistem drainase dan menjadi
permasalahan selama ini.
|
Neurosurg Focus 32 (4):E3, 2012 |
Sebuah
instrumen yang telah mengatasi masalah ini ditemukan oleh Backlund dan von
Host, mereka mencoba sebuah perangkat untuk mengetahui lokalisasi dari clot
tersebut menggunakan CT scan dengan perangkat stereotatic berdasarkan hukum
Archimedes.
|
Neurosurg Focus 32 (4):E3, 2012 |
Mereka menggunakan kanul
modifikasi dengan ultrasound dan berlubang-lubang. Dimana sebuah kanula akan
berputar sekaligus menghisap sebuah gumpalan atau clot dengan berirama. Pada
saat rongga terbentuk maka diinjeksikan sebuah urokinase tepat saat aspirasi
dilakukan. Dengan endoskopi dan aspirasi bergantinan maka dapat digunakan bor
tunggal yang menjadi kelebihan dari tindakan ini. Nizzuma dan Suzuki
menjanjikan perbaikan dalam 6 bulan, dan sesuai penelitian mereka ada
kecenderungan penurunan mortalitas yang baik. Namun, manfaat ini terbatas hanya
pada pasien dengan hematoma lobaris yang usianya dibawah 60 tahun.
Urokinase dan
Streptokinase merupakan agen terbaik untuk trombolisis hingga saat ini. Menurut
Rohde et al, sebelumnya IVH dapat dibersihkan dahulu dengan rt-PA yang hingga
kini masih belum dipublikasikan. Studi mereka meletakkan dasar-dasar minimal
invasif untuk MISTIE studi yang hingga kini masih dalam perdebatan keras.
Banyak kalangan
meragukan efektivitas dari minimal invasive dimana untuk intervensi seharusnya
dilakukan segera peningkatan intrakranial berulang yang mencegah tamponade
berulang. Sehingga pada dasarnya penggunaan trombolisis wajib digunakan untuk
metode evakuasi bekuan (clot).
Kesimpulan dari hasil
penelitian ahli Bedah Syaraf RS. John Hopkins yang dipimpin oleh Emun Abdu dan
kawan-kawan di Maryland antara lain sebagai berikut;
- sejauh ini hasil dari evakuasi ICH mendapatkan respon yang
baik dan aman. Sebuah studi dari CLEAR dan MISTIE mendukung pernyataan
ini.
- Rata-rata clot lisis atau mengevakuasi bekuan dapat dilakukan
kombinasi dengan farmasi (seperti Urokinase dan Streptokinase)
- Perlu penelitian lebih lanjut tentang efek mekanik dari USG
menguntungkan atau merugikan dalam jangka panjang.
- Terus dilakukannya perancangan model kateter yang sesuai
untuk digunakan dalam penyempurnaan teknik minimal invasif di masa
mendatang.
Referensi:
- Abdu, Emun, MD and friends, 2012, Minimally invasive treatment for intracerebral hemorrhage, Department
of Neurosurgery, Swedish Neuroscience Institute, Seattle, Washington; and
2Brain Injury Outcomes Center, The Johns Hopkins University School of
Medicine, Baltimore, Maryland, Neurosurg Focus 32 (4):E3, 2012, Neurosurg
Focus / Volume 32 / April 2012
- Intracerebral Hemorrhage Trial, 2013, Combines Minimally Invasive Surgical Evacuation With rtPA, The University of Alabama at Birmingham,
http://www.uabmedicine.org/newsroom/uab-insight-neurosciences-intracerebal-hemorrhage-trial#
- FKUI, 2011, Sinopsis
Ilmu Bedah Saraf. Departemen Bedah Saraf FKUI-RSCM, Jakarta: CV.
Sagung Seto
- Darmadipura, Prof. dr. H.M. Sajid, Sp.BS, 2008, Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Bedah
Saraf, Rumah Sakit Umum dr. Soetomo Surabaya.
- Pierce A. Grace, 2006, at
A Glance Ilmu Bedah Edisi Ketiga, Blackwell Publishing, translated by dr.
Vidhia Umami, Jakarta; Penerbit Erlangga
- R. Sjamsuhidajat & Wim de Jong, 2005, Buku Ajar Ilmu Bedah, Ed. 2,
Jakarta; EGC
- Mardjono, Prof. DR., 2006, Neurologi Klinis Dasar, Jakarta; Dian Rakyat
- Iskandar, Djunaidi, dr., 2011, Stroke Waspadai Ancamannya, Yogyakarta; Andi
- Duus, Peter, 1996, Diagnosis
Topik Neurologi: Anatomi, Fisiologi, Tanda, Gejala, E/2, alih bahasa
oleh dr. Devy H. Ronardy, Jakarta; EGC
- Japardi, Iskandar, DR, dr, Sp.BS, 2004, Memahami Aspek-aspek Penting dalam Pengelolaan Penderita Cedera
Kepala, Jakarta; PT. Bhuana Ilmu Populer
- Satyanegara, Prof. DR. dr., Sp.BS, 2010, Ilmu Bedah Saraf, Jakarta; Gramedia
Kunsantri Nurrobbbi, MD