OSTEOARTHRITIS
Menurut dr. Natsir Akil ahli Reumathologi paling banyak
Osteoarthritis yang meningkat drastis tiap tahunnya. Bahkan 30 tahun sudah
menderita osteoarthritis. Jaringan sendi tidak mempunyai pembuluh darah
sehingga berfungsi meredam jaringan di bawah tulang (jaringan rawan sendi).
Condrosit adalah peran utama untuk tanggung jawab remodelling tulang rawan
sendi ini. Memiliki kemampuan rendah baik regenerasi maupun metabolisme.
(Sobotta, Atlas der Anatomie des Menschen)
|
Boleh dikatakan rawan karena memang rawan kerusakan. Enzim
proteinase yang terjadi akibat osteoarthritis yang menyebabkan degenerasi.
Banyak faktor yang mempengaruhi antara lain usia diatas 50 tahun. Berat badan
yang tak terkontrol. Kurang bergerak dalam jangka waktu lama. Pekerjaan yang
ekstrim. Proses degradasi lebih dominan dibanding proses anabolik. Terjadinya
tekanan mekanik yang menyebabkan fungsi menjaga matriks ekstraseluler. Proses
anabolik menyebabkan matriks ekstraseluler yang membuat mediator inflamasi
menjadi terpacu. Proses ini terjadi secara terus-menerus.
Peran obesitas dalam rawan sendi. Tekanan mekanik radikal
yang besar mempercepat kerusakan. Obesitas memiliki lemak yang menghasilkan
sitokin jahat yang merusak rawan sendi. Begitu pula gerakan yang malas karena
obesitas turut membantu terjadinya percepatan kerusakan rawan sendi.
Faktor lain adalah lutut yag kurang kuat menahan beban
sehingga terjadinya malformasi perlahan sebagai contoh kaki yang miring karena
menahan beban berat tubuhnya sendiri. Diawali matriks seluler atau sel
condrosit yang saling merusak.
Untuk diagnosis dengan gambaran klinis memerlukan tambahan
radiologis dan laboratoris selain daripada fisik. Berdasarkan radiografis mudah
dilihat penyempitan spasi antar tulang ataupun penebalan distal tulang.
Klinis dan Radiografik Nyeri lutut ditambah paling kurang 1
sampai 3 kriteria berikut:
Ø
Umur > 50th
Ø
Kaku < 30 menit
Ø
Krepitus
Ø
Alat bantu untuk rawat jalan
Ø
Patellar taping
Ø
Penggunaan sepatu yang tepat
Ø
Pemakaian insole pada bagian lateral (genu
varum)
Ø
Bracing
Ø
Terapi okupasi
Ø
Proteksi sendi dan energy conservation
Ø
Alat bantu untuk aktifitas sehari-hari
Dengan memperhatikan faktor-faktor yang berkaitan sehingga pengobatan nonfarmakologis
juga berperan signifikan. Berolahraga seperti aerobik yang terprogram sebagai
contoh otot quadriceps dan gluteal sehingga faktor-faktor pencetus terjadinya
OA dapat diturunkan.
Untuk pengobatan boleh dengan analgesik yang aman first line
seperti paracetamol hingga COX selektif lebih aman dari lambung. Namun perlu
perhatian pada pasien dengan gangguan jantung.
Pro dan kontra terapi:
Ø
Acitaminofen
Ø
NSAID topikal
Ø
Capsaicin topikal
Ø
NSAIDs : penghambat COX 2 selektif
Ø
Glukosamin dan kondroitin : Mekanisme sulit
dipahami berdasarkan penelitian random yang masih dalam perdebatan
Ø
Opioid
Ø
Kortikosteroid intra artikuler
Ø
Asam Hyaluronat intra-artikuler
Ø
Disease modifying OA drugs (DMOADs)
Ø
Lain-lain yang masih dalam penelitian untuk
multiterapi seperti; kalsitonin, vitamin D, cathepsin K, dan ADAMTS5,
prostaglandin E2, inducible nitric oxide synthase (iNOS), histamin,
bradikinin-B2 receptor antagonist dan nerve growth factor (NGF).
Perlu diperhatikan saat dilakukan pemeriksaan apakah ada
tanda inflamasi atau saat tidak inflamasi. Jika saat terjadinya inflamasi akut
tentunya lebih mudah didiagnosis. Sehingga penentuan kriteria dapat bervariasi.
Contohnya pada penyakit autoimun yang menyebabkan proses OA terjadi yang
bersifat timbul tenggelam. Saat inflamasi dapat pula dikacaukan dengan septik
arthritis karena cedera, GOUT, ataupun karena proses degeneratif tentunya
berbeda dan membutuhkan ketelitian lebih.
Morbiditas atau penyakit lain seperi diabetes sedikit
mengacaukan sehingga perlu penandaan khusus terhadap pasien yang dimaksud.
Hati-hati dalam mengandalkan symptoms gunakan logika yang tepat karena
pengobatan yang terjadi berefek terutama pada GI track, antikoagulan, ataupun
penyakit jantung. Untuk pengobatan topikal vs oral. Membutuhkan penelitian
lebih lanjut. Dan memiliki spesifikasi genetis ras tertentu berkaitan dengan
respon pasien yang mendapat pengobatan.
Kunsantri Nurrobbbi, dr, M.HI
dapat direvisi kemudian
Maret 2013
0 Komentar Anda:
Posting Komentar