Sejarah Rematologi di Indonesia
Observasi GOUT oleh hipokrates (460 BC) kemudian oleh Thomas
Sydenham (1624-1689) dan William Heberden (1710-1810). Kemudian Archilad tahun
1953.
Arthroscopy untuk pemeriksaan
(Sobotta, Atlas der Anatomie des Menschen)
|
Di Jerman Schattenkirchner (25 tahun yang lalu) mengumpulkan
kembali tentang ilmu rematologi. Tahun 1953 di seluruh dunia sesuai benua
masing-masing.
Di Indonesia sendiri tahun 1973 Suharso mendirian Indonesian
Rhemuatism Association (IRA). Kemudian tahun 1976 pada ilmu rematologi membuat
kesarjanaan di bidang ini. Kemudian pada tahun 84 dimulailah pendidikan
terstruktur di FK-UI. Tahun 99 mulai berkembangk bangkit. Missing diagnosis awal tentang penyakit muskuloskeletal terjadi
penurunan kurang signifikan per tahun. Sehingga pentingnya pengkajian di bidang
rematologi.
Contohnya perkembangan tentang biologi agent seperti citokin
anti TNF blocking. Seperti progam National Lupus Registry program yang
dikerjakan dipimpin oleh dr. Yoga I Kasjmir,Sp.PD-KR. Penatalaksanakan penyakit
muskuloskeletal yang memerlukan pedoman yang dimodifikasi sesuai dengan situasi
dan keadaan saat ini di daerah masing-masing dokter tersebut bekerja. Kendala
yang lain tidak adanya pediatric reumatologist ataupun lupus yang terbatas pada
nefritis lupus saja.
Di masa mendatang harapannya tidak hanya symptom belaka,
namun hendaknya diusahakan kausatifnya. Perlunya kurikulum untuk mendidik
sumber daya manusia di dalam bidang ini. Diharapkan mendatang lebih terstruktur
dalam multidisplin ilmu di bidang rematologi seperti ortopedi atau
rehabiluitasi medik tidak hanya terbatas pada internist.
Kunsantri Nurrobbi, dr. M.HI
Maret 2013
0 Komentar Anda:
Posting Komentar