Manajemen Hemoptoe dalam Tuberculosis
The Management of Hemoptysis on
Tuberculosis
Disampaikan oleh dokter ahli paru
Bapak Arifin Nawas yang menjelaskan tentang tuberculosis primer. Pada orang
dewasa terjadi pada penurunan daya tahan tubuh dari immunocompromied seperti
HIV, diabites ataupun malnutrisi. Pada TB post primer berasal dari TB kronis
atau penyakit post TB primer.
Diawali TB fokus primer yang
menjadikan sarang dorman. Penyebaran mengenai segmen superior lobus atau juga
sering terlihat. Infiltrat halus hingga menimbulkan kavitas. Jika ada cairan
yang nekrosis tersebar dengan lokasi dan menyebar keseluruh tubuh menjadi
fibrotik dan berkembang menyebar kesegala tempat. TB endobronkial menjadi
gejala endobronkial yang menyebabkannya. Menimbulkan batuk darah dapat
diberikan tanda progresif. Hal ini disampaikan oleh Pelantikan Pengurus PDPI
Cabang Kalimantan Timur Masa Bakti 2013 – 2016 dan Simposium “UPDATE OF
RESPIRATORY EMERGENCIES MANAGEMENT” Hotel Grand Jatra Balikpapan, Minggu 14
April 2013.
Hemoptsisi masif terjadi bila
dikeluarkan 100-600 ml dalam 24 jam. Ringan adalah kurang dari 20 ml/24 jam.
Masif dapat 5% dari hemoptisis biasa. Namun angka kematian hingga 80% sehingga
harus dirawat secara teliti. Apabila hemoptisis terjadi leboh dari 600 ml/24
jam masih berlangsung maka diperiksa Hb dan berhati hati bila kurang dari 10 g
%. Asal yang paling terlihat adalah arteri atau vena yang menjadi pecah.
Penyebabnya adalah 90 % karena tuberculosis. Pada TB kavitas aktif atau pada kavitas
menjadi sedikit atau tanpa kavitas. Biasanya pasien dengan sputum BTA positif
akan memberikan keluhan batuk darah. TB
yang tidak aktif akan memberikan komplikasi sehingga sumber pendarahan berasal
dari sirkulasi tersebut yang potensial. Evaluasi dari batuk darah yang tidak
masif. Biasanya karena terjadinya asam lambung yang berwarna tidak segar.
Proteksi saluran nafas yang baik.
Dapat dilakukan intubasi sehingga gangguan hemodinamik pada analisa gas darah
yang mempengaruhi kebutuhan oksigen jaringan. Melindungi paru-paru lain yang
sehat bila salah satunya sehat sehingga sumber perdarahan itu tahu dimana
tempatnya. Sehingga memerlukan ahli bedah lanjutan untuk bedah thoraks. Letakkkanlah
pasien dalam posisi yang miring dimana posisi paru yang sakit sehingga tidak
terkena. Untuk ahli paru yang berpengalaman dapat berkolaborasi dengan ahli
radiologi intervensi.
Kunsantri Nurrobbbi, MD
Dapat direvisi kemudian
0 Komentar Anda:
Posting Komentar