Our social:

Rabu, 20 Maret 2013

Kanker dan Kemoterapi

P2B2 PABI X RSUD dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan
Menurut WHO tahun 2005 dari 58 juta orang di dunia yang meninggal, 17% diantaranya meninggal karena kanker. Pada tahun 2000 hingga 2020, di negara berkembang terjadi peningkatan kasus kanker 73% dan di negara maju sebesar 29%.

Di Indonesia sendiri kanker menjadi penyebab kematian urutan ke-9 dari 10, dan saat ini menjadi menempati urutan ke-5 dari seluruh kematian.
Tantangan ke depan tentang kemoterapi dibahas  dalam acara P2B2 X pada sesi Kemoterapi (20/03/13). Pembacaan pemeriksaan penunjang spesifik seperti mammografi. Stadium yang terus berlanjut (50-60%). Teknologi informasi yang berkembang pesat, mudah diakses. Komunikasi yang terus berkembang. Perkembangan ilmu pengobatan alternatif. Pengeobatan alternatif yang tidak dapat dibuktikan. Early breast cancer merupakan disaster.

Acara pembahasan tentang Kemoterapi ini merupakan rangkaian acara yang diselenggarakan PABI (Indonesian General Surgeons Society) dalam Pengembangan Profesi Bedah Berkelanjutan (P2B2) X bertempat di RSUD dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan (20/03/13). Hadir sebagai pembicara antara lain: dr. Hantoro Ishardyanto, Sp.B(Onk), dr. Desak Gede Agung Suprabawati, SpB (K) Onk, dr. Heru Purwanto MSc, Sp.B(K) Onk, Dr. Ibrahim Basir, Sp.B-KBD.

Menurut dr. Hantoro Ishardyanto, Sp.B perlunya persiapan dan penilan yang seakurat mungkin sehingga hasil yang diharapkan tercapai. Ahli bedah misalnya dalam menangani kanker payudara berpikir dengan sinergi seperti onkologi. Membuat jaringan yang kuat (networking). Kehati-hatian dalam membaca artikel tentang obat-obat terbaru.  Dalam pemberian kemoterapi seyogyanya memiliki peranan yang baik terutama dalam bidang administrasi yang bekerja sama dengan multidisiplin maupun paramedis. Sebagai contoh perkumpulan onkologi yang dimiliki oleh paramedis. Tentukan jenisnya yaitu; Origin of Malignant Solid Tumor atau Non Malignant Solid tumor. Modalitas yang perlu dipahai adalah tujuan dari pengobatan tumor itu sendiri yaitu;
1.       Operasi
2.       Radioterapi
3.       Kemoterapi
4.       Hormonal Terapi
5.       Terapi Immunologi
6.       Terapi Supporting



Dasar-dasar pemberian kemoterapi ;

1.       Tentukan dulu stadiumnya secara klinis
2.       Pemeriksaan morphologi histopatologi
3.       Pemeriksaan immunohistokimia

Baca deskripsinya tentang stadium dengan hati-hati. Tentukan stadiumnya dengan pakem yang standar. Misalnya pada satu fiksasi. Hasur ada dasar dari farmasi yang meminta dasar pemberian kemoterapi. Seringkali triple negatif pada saat biopsi. Sesuai klinisi sebenarnya sudah dapat ditentukan dengan klinisi yang menentukan derajat stadium untuk dilakukannya kemoterapi.

Goal pemberian terapi. Pada stadium dini tidak tahu kapan timbul relaps sehingga pentingnya stadium klinis itu dilakukan. Untuk pemberian ajuvan. Setting adjuvant untuk mencegah relaps atau pemburukan pada stadium lokal (pencegahan memburuk). Misalkan advance sudah sulit sehingga setting neo adjuvant sangat penting untuk terapi. Pantingnya untuk mencegah metastase perlunya neoadjuvant. Metastase lebih lama kadang-kadang setelah dilakukan neoadjuvant dibandingkan dengan langsung masteidoktomi misalnya. Beda paliatif jika ada yang lanjut kemudian jika di kemoterapi untuk stadium lanjut. Peran ahli bedah yang mendasar mengapa ahli bedah boleh memberikan terapi. Mengapa ahli kemoterapi karena ada dasar yang jelas. Menurut Askes terbaru ahli bedah onkologi yang meresepkan obat kemoterapi atau Rumah Sakit yang memiliki ahli onkologi sehingga kompetensi ahli bedah umum boleh memberikan setelah ahli onkologi.

Di daerah yang terpencil atau yang tidak memiliki akses dokter ahli onkologi hendaknya perlu diberikan protokol tertentu untuk kewanangan yang dilakukan. Adjuvant intinya adalah neoadjuvant dahulu sebelum dilakukan tindakan operatif. Pada neoadjuvant banyak sekali yang perlu diperhatikan mengenai jenis-jenis neoadjuvant. Misalnya untuk adjuvant adalah non small lung cell ca pada paru.

Persiapan penderita

Dengan perlu diperiksa rutin adalah darah lengkap dan neutrofil untuk mengetahui terjadinya bahaya kecenderungan sepsis. Untuk obat supportif ada tersedia seperti limfogen , leukogen dan sebagainya. Antrasiklin yang memiliki toksisitas pada jantung sehingga kita mengetahui pentingnya preventalis. Deperti pemberian digitalis sehingga pasien terjaga keamanannya. Diperiksa EKG untuk mengetahui fungsi jantung dengan cepat dan murah meskipun kurang bergitu spesifik. Untuk evaluasi digunakan foto thorax. Terjadinya respon Insident dan Derajat Nausea/Vomitting seringkali memiliki peranan signifikan.
Klasifikasi Duke Stage, at a Glance

Penggunaan kemoterapi serial dengan 6 siklus kemoterapi perlu serial. Karena seperti melakukan mematikan sel kanker. Tumbuh lagi dua sel dan seterusnya untuk serial perlu pemberian yang penting. Terjadinya ekstravasasi yang terus berlanjut. Hati-hati bila terjadi ekstravasai di tangan. Harus hati-hati terjadinya dengan arteri yang dapat berjalan atau tidak untuk mencegah daerah tersebut terkena efek samping obat kemoterapi.

Bagaimana menilai pasien yang dapat dipersiapkan untuk mendapatkan kemoterapi dari onkologi ?
17 % dari 58 juta orang yang meninggal terkena kanker dilaporkan oleh WHO. Tumor yag dapat dioperasi sepeti solid tumor. Kemoterapi merupakan obat yang perlu untuk membunuh sel kanker dan memerlukan keahlian khusus untuk menggunakannya. Tujuan terapi dulu adalah kuratif (mengejar kesembuhan) atau paliatif (untuk memperbaiki kualitas hidup). Perlu apa saja tentunya memerlukan pasien dan obatnya apakah memiliki aspek onkologis atau tersedia atau jelas dan memang perlu, keluarga pasien, mengetahui stadium, mengetahui prognosis melalui berbagai aspek, tujuan terapi sehingga dapat ditentukan dosis dan resimen pemberiannya. Untuk Adjuvan atau bukan sebelum dilakukan. Obat apa yang perlu diberikanmengenai efek samping obat diberitahukan kepada keluarga pemahaman serius kepada pengetahuan pasien. Harga obat juga seharusnya diberitahukan kepada penderita dengan inform consent.

Masalah lain seperti toksisitas jantung hendaknya dapat dilakukan echocardiografi untuk mengontrol. Dan dipilih dosis regiment tertentu yang terkontrol. Persiapan kemoterapi dihitung berdasarkan berat badan dan tinggi badan. Karena obat kemoterapi bekerja sesuai dengan luas tubuh dan bobot tubuh. Dapat dilakukan pemberian dengan cairan D5% atau normal salin. Dengan premedikasi sebelumnya seperti steroid atau ondansentron untuk mual muntahnya.

Untuk provider menggunakan proteksi diri memakai gaun khusus . Obat-oabatan disiapkan untuk emergency beserta emergency tool lain. Perlunya protokol di ruang khusus kemoterapi. Menggunakan vena yang distanceuntuk mengambil daerah distal dengan selalu kontralateral arah tumor. Memastikan tidak adanya ekstravasasi untuk  mencegah nekrosis hingga amputasi pda jalan vena.

Evaluasi terutama besaran respon dosis. Harus mengetahui karakteristik tumor. Dengan register yang akurat. Untuk membuat jadwal pemberian kemoterapi sesuai dengan monitoring. Misalkan immediatelau kurang dari sejam dapat terjadi anafilaksis. Untuk lambat hati-hati myopati dan neuropati. Harus mengenal obat-obat itu dan mengetahui efek samping. Perlunya fungsi clearence creatinin dapat menjadi patokan untuk hal ini. Untuk pasien yang efek samping alopesia seringkali ditakutkan oleh pasien wanita sehingga dapat menimbulkan masalah estetika. Begitu pula dengan respon penderita yang individual sifatnya.

Setelah dikemoterapi hendaknya dikompres. Untuk awam dengan mammografi untuk respon adjuvant perlu dilakukan. Terdapat hasil yang signivicant dengan mammografi perlu diberikan .

Untuk mammografi yang diperlukan kontalateral untuk menentukan staging. Karena semestinya dilakukan dua-duanya. Pada tumor mammae yang besar tidak perlu dilakukan mammografi tergantung indikasi. Ketika ditemukan lobular tumor mammae dapat terjadi metastase yang tersembunyi.

Mengenai pertentangan mekanisme terutama daerah terpencil masih harus dengan ahli onkologi dahulu. Misalnya ada hepatoma ada arteri yang dapat diblok yaitu hepatika. Ca mamma memiliki vaskularisasi yang banyak. Bila hepatoma tidak dapat disamakan dengan ca mamma karena memiliki vaskularisai yang berbeda. Pada intervensi untuk obat kemoterapi memerlukan. Mastektomi dilakukan seperti otot pektoralis diangkat juga apabila terkena. Hati-hati menambah disaster seperti resiko mengangkat pektoralis mayor. Tidak diberi penyinaran karena dapat terjadi oedem. Digunakan obat-obatan agresif.

Kemoterapi oral
Tidak boleh digerus atau dibuat puyer. Bila dilakukan dengan wing needle no. 22 bukan di tempat yang diseksi, rapuh, atau berlokasi diatara vena mediana cubiti. Diberi premedikasi terlebih dahulu dengan tehapan. Untuk vesicant terapi tidak boleh dengan jarum logam atau langsung dengan plastiknuya karena itu wajib membaca prosedural sebelum melakukannya. Vesicant  dimasukkan pertama kali agar tidak rusak. Edukasi dilakukan oleh petugas kemoterapi. Obat itu efektivitasnya dapat menurun atau justru berlebih khususnya pasien dengan gangguan ginjal. Misal peremedikasi dexamethason 10mg-20mg iv, simetidin/ranitidin: 300mg iv/50mg iv, ondansentron 8mg misalnya karena sesuai dengan efek samping ketidaknyamanan pada pasien. Cyclospomaide sebaiknya diberikan pada waktu siang saat pasien beraktivitas karena dalam keadaan istirahat seperti malam hari efek toksisitasnya lama mengendap.

Paclitaxel misalnya dilarutkan dalam 27 jam memiliki rumus khusus. Dosis dan premedikasi memiliki hubungan yang sesuai. Dalam satu line infus memiliki efek simultan yang bervaariasi. 
Kunsantri Nurrobbi, dr, M.HI
Dapat direvisi kemudian
Maret 2013

0 Komentar Anda: