Our social:

Sabtu, 16 Maret 2013

Sejarah Rematologi di Indonesia

Observasi GOUT oleh hipokrates (460 BC) kemudian oleh Thomas Sydenham (1624-1689) dan William Heberden (1710-1810). Kemudian Archilad tahun 1953.

Arthroscopy untuk pemeriksaan
(Sobotta, Atlas der Anatomie des Menschen)
Di Jerman Schattenkirchner (25 tahun yang lalu) mengumpulkan kembali tentang ilmu rematologi. Tahun 1953 di seluruh dunia sesuai benua masing-masing.

Di Indonesia sendiri tahun 1973 Suharso mendirian Indonesian Rhemuatism Association (IRA). Kemudian tahun 1976 pada ilmu rematologi membuat kesarjanaan di bidang ini. Kemudian pada tahun 84 dimulailah pendidikan terstruktur di FK-UI. Tahun 99 mulai berkembangk bangkit.  Missing diagnosis awal  tentang penyakit muskuloskeletal terjadi penurunan kurang signifikan per tahun. Sehingga pentingnya pengkajian di bidang rematologi.

Contohnya perkembangan tentang biologi agent seperti citokin anti TNF blocking. Seperti progam National Lupus Registry program yang dikerjakan dipimpin oleh dr. Yoga I Kasjmir,Sp.PD-KR. Penatalaksanakan penyakit muskuloskeletal yang memerlukan pedoman yang dimodifikasi sesuai dengan situasi dan keadaan saat ini di daerah masing-masing dokter tersebut bekerja. Kendala yang lain tidak adanya pediatric reumatologist ataupun lupus yang terbatas pada nefritis lupus saja.

Di masa mendatang harapannya tidak hanya symptom belaka, namun hendaknya diusahakan kausatifnya. Perlunya kurikulum untuk mendidik sumber daya manusia di dalam bidang ini. Diharapkan mendatang lebih terstruktur dalam multidisplin ilmu di bidang rematologi seperti ortopedi atau rehabiluitasi medik tidak hanya terbatas pada internist.

 Kunsantri Nurrobbi, dr. M.HI
Maret 2013

0 Komentar Anda: